PUISI SINGKAT " SEBATANG COKLAT DALAM MALAM DAN KAMU"
Karya : Ryan Anggapraja
Dihari esok yang memikat
sepasang cinta kian terjerat
dengan mantra sebatang coklat
sang lelaki merayu hebat
Dengan niat yang amat ketat
nafsu terbaur dalam jimat
berharap ia kan terpikat
oleh rayu sebatang coklat
Tidak! hal itu terjadi juga
alibi coklat pemuas rasa
murni cinta yang ternoda
oleh nafsu yang tercela
Sakit! kesucian wanita pun rusak
oleh buaian yang menjebak
hanya dalam satu babak
dara sesal dan terisak.
Judul : Pamit Yang Rumit
Karya : Hilmawan R Firmanzah
Aku pergi
Jangan pergi
Mengapa pergi
Haruskah pergi
Bila aku pergi
Dengan siapa aku pergi
Bisakah aku pergi
Jangan biarkan aku pergi
Pergi saja
Pergi kemana
Pergi untuk apa
Pergi bagaimana
Ingin pergi
Pergi meninggalkan kamu yang pergi
agar aku pergi dari kepergianmu
Karya : Srie Kusmiaty
Judul : Nyanyian Alam
Resah rintik hujan
Yang selalu setia menemaniku
Langit mendung alampun sendu
Kilatan sesekali menyapa
Sebelum gemuruh petir datang
Seakan jadi syair alam yg luar biasa angkuh
Anginpun datang meliuk liukan butiran hujan
Hingga menyebar ke berbagai arah
Langit semakin lama semakin gelap
Meski hari masih siang dan rintik hujanpun mulai reda
Namun wajah langit semakin gelap
Dan suara gemuruh petir terdengar swmakin jauh.
Udara terasa sangat dingin menusuk ke tulang
Tapi, aku enggan tuk beranjak
Seakan aku terhipnotis oleh alunan alam yang angkuh
Seolah dia berbisik kepadaku tentang syair kepiluannya.
Judul : Sesal
Karya : Usman
Rasanya seperti kehilangan harapan,
Wajahku pun sudah menjauh dari cermin,
Kehilangan warna bersisahkan Gelap
Entah? Sebuah dosa atau tumpukan ujian,
Hanyalah rintik jatuh di mata yang buram,
Yang terlena bisikan setan amarah.
Kuingin menyendiri dan menepi dari hiruk pikuk.
Membuang kesalahan di hutan belantara,
Menenggelamkan tubuh di luas lautan.
Kegelapan malam berbaur dalam dada.
Menghilangkan purnama hati,
Terbungkus sesal bersisahkan penyesalan
Aku ingin teriak melepas,
Lantas ia mencengkram amat erat
Meleburkan otak,
Menghilangkan kesadaran pada titik titik
Karya : Srie Kusmiaty
Judul : Nyanyian Alam
Resah rintik hujan
Yang selalu setia menemaniku
Langit mendung alampun sendu
Kilatan sesekali menyapa
Sebelum gemuruh petir datang
Seakan jadi syair alam yg luar biasa angkuh
Anginpun datang meliuk liukan butiran hujan
Hingga menyebar ke berbagai arah
Langit semakin lama semakin gelap
Meski hari masih siang dan rintik hujanpun mulai reda
Namun wajah langit semakin gelap
Dan suara gemuruh petir terdengar swmakin jauh.
Udara terasa sangat dingin menusuk ke tulang
Tapi, aku enggan tuk beranjak
Seakan aku terhipnotis oleh alunan alam yang angkuh
Seolah dia berbisik kepadaku tentang syair kepiluannya.
Judul : Sesal
Karya : Usman
Rasanya seperti kehilangan harapan,
Wajahku pun sudah menjauh dari cermin,
Kehilangan warna bersisahkan Gelap
Entah? Sebuah dosa atau tumpukan ujian,
Hanyalah rintik jatuh di mata yang buram,
Yang terlena bisikan setan amarah.
Kuingin menyendiri dan menepi dari hiruk pikuk.
Membuang kesalahan di hutan belantara,
Menenggelamkan tubuh di luas lautan.
Kegelapan malam berbaur dalam dada.
Menghilangkan purnama hati,
Terbungkus sesal bersisahkan penyesalan
Aku ingin teriak melepas,
Lantas ia mencengkram amat erat
Meleburkan otak,
Menghilangkan kesadaran pada titik titik
Hanya bisa meminta pengampunan
Di waktu yang berjalan akan istirahat
Dan datang ucapan terimakasih pada ilahi
Judul : Hujan Kau Datang Lagi
Puisi: Jailani Yamin
Hujan kau datang lagi
Basahi cemburu
Hingga luluh dan larut dirindu
Lalu menjelma jadi janji setia
Kemudian
Kau pun sirami janji setia itu
Hingga tumbuh subur disanubari
Aku berharap
Tak lama lagi berbunga dan berbuah
Manis rasanya
Maka bolehlah nanti
Aku dan rembulan petiknya
Tentu atas izin matahari dan bintang bintang.
Hujan kau datanglah lagi.
Karya : Hari Untoro Dradjat
Judul : Badut Dipersimpangan Jalan
Badut badut di persimpangan jalan
Malu malu mencari kehidupan
Muka tertutup topeng jenaka
Tampilan wajah tersenyum.
Badut badut anak jalanan
Manusia perak berkeliaran
Hati miris menadahkan tangan
Anak muda kreatif yang terpinggirkan.
Berkerumun di perempatan
Di keramaian mencari kehidupan
Di perempatan jalan pusat pertemuan
Dimana ada keramaian di sana ada kehidupan.
Badut badut sirkus keliling
Ditertawakan para penonton
Anak anak menunggu gelak tawa
Rasa puas diakhir pertunjukan sirkus.
Tokoh badut punya rasa kebanggaan
Masa muda main trampolin berbahaya
Menjelang tua berkelana di bawah tenda
Pensiun terhormat menjadi seorang badut
Badut adalah jabatan tinggi sirkus keliling
Menghibur anak anak sebelum datangnya takdir kematian.
Judul : Kasih yang tertinggal
Karya : Dathu Mayus
Waktu terus bergulir
Tak terasa sudah Lingsir
Teringat masa silam
Kisah yang kelam
Gejolak asmara membara
Saat bidadri bertahta
Ingin ku ungkap semua
Hasrat jiwa yang merana
Sesal begitu bercamuk
Mengingat tampang buruk
Nyali yang menciut
Ketika hati terpincut
Kisahku hanya hayalan
Terbuai cinta sendirian
Mumuja dalam angan
Tanpa berani mencurahkan
Akhirnya semua berakhir
Dlam bayang bayang mimpi
Kini semua hanya tinggal
Kasih yang tertinggal
Karya : Romo jati
Judul : Tak Ingin Aku Menangis Lagi
sudah lebih
seribu kali
kutulis puisi puisi
namun
tak satu kata pun
bisa
kau pahami
lalu untuk apa
bila hatimu
tetap meminta
puisi puisiku
untuk di baca
sudah kurelakan
puisi puisiku
yang kau remas
dan kau campakkan
biarkan rasa ini
kusimpan rapi
dalam peti
yang sudah
kukunci
dan
tak ingin
aku menulis lagi
walau hanya
satu kata
Karya : Romo jati
Judul : Aku Sudah Gila
semua ucapku
tak menentu
pemikiranku
keluar
dari rel kereta
mataku penuh
terisi
gambar gambar
prespektif
tak kumengerti
Aku sudah gila
gila padamu
Kaki kakiku
tak berpijak
di bumi lagi
kata kataku
hanya seperti
sumpah serapah
aku tak pernah
pulang
ke rumah lagi
Mulutku seperti
memaki maki
namun sesungguhnya
aku memuji
mamuji padamu
Aku sudah gila
gila padamu
Judul : Tilas Beribu Sayat
Karya : Riezwal Adja
Menganga luka tilas beribu sayat belum sedikit pun menutup
Meski ku bekukan hati tak ubahnya bongkah salju kutub
Masih pula coba ia buat lebih dalam dan semakin berdarah
Seakan tak pernah cukup tapak kaki ini bersimbah merah
Mengapa harus terus melagukan nada dari kilasan lampau
Yang tak bisa lagi ku lantunkan walau setengah mengigau
Tak seujung jari pun aku ingin menyentuh lembar memori
Karena sisa goresnya adalah remahan tajam selayak duri
Sesal pun takkan mampu bawa ku kembali merajai waktu
Sia-sia, berharap dulu tak terima darinya sebentuk rasa itu
Hanya membuat ku menggenggam angan semu lalu pergi
Menuruti hasratnya temukan yang lebih baik untuk berbagi
Lagu itu mungkin masih ada, tapi telah jadi tanpa nyawa
Bila dimainkan, tak bisa lagi hadirkan pekik tangis atau tawa
Maka tiap baitnya hanya pantas terkunci di peti mati sejarah
Sebab, jika terlantun kembali, menjadikan luka kian bertambah
Tiada satu pun dari penggalan syair melodinya sudi ku ingat
Hanya sebuah gubahan penuh kepalsuan yang semakin menyayat
Judul : Malam Dan Kamu
Karya : Wan Hasan
Mari kita tumpahkan disini
Meja ini masih milik kita
Sebaiknya kita duduk bersama
Sambil keluarkan gundukan pasir
Dari dalam dada
Pelan-pelan saja
Asal tak ada lagi sisa yang teronggok
Dalam saluran nafasmu
Tak perlu ragu
Alirkanlah
Akan aku punguti satu persatu
Keluh kesahmu
Lalu kujadikan sebuket bunga
Agar malammu kembali indah
Dan kamu bisa menari
Diantara bulan dan bintang
Dalam tidurmu
Bukankah keelokan macam ini
Yang kamu harapkan?
Berhentilah merintih
Kamu mau menangis atau pun tersenyum
Laut akan tetap bergelombang dengan deburan ombaknya
Bukan hanya dihatimu
Sebab gemuruh adalah milik bumi
Selayaknya kamupun sudah dimiliki
Oleh tanah ini
Jauh sebelum tangis pertamamu pecah
Selama semesta masih menyimpan musim
Matahari dan bulan akan tetap ada
Seumpama hidup, mereka adalah keabadian
Selama semesta masih menyimpan musim
Matahari dan bulan akan tetap ada
Seumpama hidup, mereka adalah keabadian
Dan aku katakan padamu
Tak usah kamu risaukan malammu
Karena gelapnya hanya sementara
Tenanglah, pejamkan matamu
Tidurlah, tak perlu gelisah
Masalalumu tak perlu ditakuti
Bagiku iblis tak lebih
Dari hatimu sendiri
Aku berjanji
Akan kujaga kisahmu
Diantara buku dan penaku
Share This :
1 comments